Pendahuluan
Usia 14 tahun adalah usia di mana seorang anak mengalami masa pubertas yang mungkin pertama kali terjadi. Pada usia ini mereka disebut sebagai seorang anak yang memasuki fase remaja satu (Monks, Knoers, dan Siti R.H., 2004, hlm.259). Pada masa ini biasanya seorang anak akan mengalami perkembangan dan kematangan secara seksual yanng cukup pesat. Hal ini disebabkan karena pada masa ini semua hormon yang mengatur proses pertumbuhan dan perkembangan anak telah bekerja dengan baik. Hormon-hormon ini nantinya akan mempengaruhi fungsi kerja hormon lainnya seperti hormon testosterone pada gonad laki-laki dan hormone estrogen pada gonad perempuan.
Perkembangan seksual pada masa remaja satu ini biasanya ditandai dengan ciri-ciri perkembangan seks primer dan sekunder. Ciri-ciri perkembangan seks primer pada masa remasa adalah sel telur pada wanita dan sel sperma pada laki-laki akan mengalami kematangan dan siap melakukan pembuahan. Sedangkan ciri-ciri pertumbuhan sekunder biasanya ditandai dengan tumbuhnya rambut di sekitar kemaluan dan ketiak, payudara membesar dan pinggul membesar pada wanita, perubahan suara pada laki-laki, tumbuh kumis dan jakun (Syamsu Y., 2004, hlm.194; Zulkifli, 2005, hlm.76). Selain itu, perkembangan seksual pada remaja juga ditandai dengan mimpi basah pada laki-laki dan menstruasi pada perempuan. Faktor penyebab terjadinya perkembangan seks pada masa remaja adalah karena disebabkan oleh hormon yang mulai bekerja, seperti testosterone pada laki-laki dan estrogen pada perempuan. Selain itu juga disebabkan oleh factor makanan, genetika, dll.
Pada fase ini (secara biologis) dalam kehidupan sosial remaja, biasanya remaja sudah mulai menunjukkan perilaku seksual mereka seperti ketertarikan pada lawan jenis dan mulai berpacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti kemudian melarangnya, akan menimbulkan masalah, dan remaja akan bersikap tertutup terhadap orang tuanya. Secara biologis, anak perempuan lebih capat matang dari pada anak laki-laki. Gadis yang berusia 14 sampai 18 tahun cenderung merasa tidak puas dengan perhatian laki-laki seusia dengannya (Zulkifli, 2005, hlm.66). Karena itu, ia cenderung tertarik pada pemuda yang berusia diatasnya. Keadaan ini terus berlangsung sampai ia duduk dibangku kuliah.
Pada masa pubertas sikap perempuan lebih mengandalkan emosi sperti, suka dilindungi dan ditolong, dicintai, menyenangkan hati orang lain, tidak ingin meniru, bersikap pasif, minatnya ditunjukkan pada hal-hal yang nyata. Sedangkan sikap laki-laki lebih mengandalkan rasio seperti aktif memberi, melindungi, dan menolong, ingin memberontak dan mengkritik, mencari kemerdekaan berpikir, bertindak, dan memperoleh hak-hak turut berbicara, suka meniru orang yang diidolakannya, minatnya tertuju pada hal-hal yang abstrak (Zulkifli, 2005, hlm.71).
Perkembangan seks anak remaja dapat ditunjukkan melalui pengalaman secara khayal kepada hubungan jasmani dengan orang yang dicenderunginya. Menurut Spranger, pengalaman erotik berwujud cinta yang pada dasarnya estetis di mana jiwa mempersatukan diri dengan jiwa yang lainnya karena mengagumi kecantikan atau kegagahan tubuh yang lain itu (Zulkifli, 2005, 72). Dalam tubuh yang cantik dan gagah mereka melihat adanya jiwa yang ideal. Menurut Sigmund Freud, pengalaman erotik berlainan wujudnya dengan pengalaman seksual walaupun keduanya berasal dari dorongan yang sama, yaitu dorongan seksual (Zulkifli, 2005, hlm. 73). Dorongan seksual yang dialihkan dari tujuannya semula oleh Sigmund Freud disebut erotik. Dialihkan artinya bahwa remaja itu dapat menekan dorongan-dorongan libidonya karena adanya tekanan dari lingkungan dan keinginannya melepaskan diri dari hal-hal seksual.
Sebagai anak muda yang belum memiliki pengalaman tentang seksual, tidak jarang dorongan-dorongan seksual ini menimbulkan ketegangan fisik dan psikis. Untuk melepaskan diri dari ketegangan tersebut, remaja mencoba mengekspresikan dorongan seksualnya dalam berbagai bentuk tingkah laku seksual, mulai dari melakukan aktivitas berpacaran, berkencan, bercumbu, sampai dengan melakukan kontak seksual (Monks, Knoers, Siti, 2005, hlm.262). Dari sekian banyak tingkah laku seksual yang diekspresikan remaja, salah satunya yang paling umum dilakukan adalah masturbasi. Lebih dari satu pertiga remaja laki-laki dan satu setengah remaja perempuan melakukan masturbasi satu kali seminggu atau lebih. Penelitian Jones dan Barlow, 1990 (Monks, Knoers, dan Siti, 2004, hlm.264) menyatakan masturbasi remaja laki-laki lebih sering dari remaja perempuan. Apabila perkembangan seks pada anak remaja kurang dibimbing oleh orang tua dan pengendalian dari diri anak remaja itu sendiri, maka akan menimbulkan masalah. Masalah yang sering terjadi adalah perkelahian dan bunuh bunuh diri (Zulkifli, 2005, hlm.65). Hal ini disebabkan karena anak remaja mengalami depresi akibat tidak dapat mengendalikan dorongan seksualnya dan tidak dapat mengekspresikan dorongan tersebut dengan baik. Menurut Ramplein, krisis remaja adalah suatu masa dengan gejala-gejala krisis yang menunjukkan adanya pembelokan dalam perkembangan, suatu kepekaan dan labilitas yang meningkat. Oleh karena itu, seorang anak biasanya sering melakukan masturbasi untuk dapat mengekspresikan dorongan seksualnya.
Kesimpulan
Untuk mengatasi permasalahan orang tua harus memahaminya dan memberikan bimbingan kepada anaknya untuk mengendalikan setiap dorongan seksual muncul. Orang tua harus menjelaskan perkembangan ini dengan baik dan meminta bantuan baik para ahli maupun pendeta untuk menanganinya. Namun, hal ini sulit untuk dilakukan bagi keluarga yang masih menganggap tabu masalah seks. Oleh karena itu, peran seorang guru di sini sangat di perlukan untuk menjelaskan permasalahannya dan cara menanganinya.
Referensi
Desmita. (2005). Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., dan Haditono, S.R. (2004). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Yusuf, S. (2004). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Zulkifli L. (2005). Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
No comments:
Post a Comment