Headline News

News


Apa itu Tuhan ? What is God ?
Siapa itu Tuhan ? Who is God ?

Plato : forma dari Yang Baik, forma tertinggi dunia forma.

Aristoteles : Unmove mover/Penggerak Tak Tergerakkan, yang menyebabkan semua perubahan dan gerakan dan keinginan akan kesempurnaan di semesta.

Agustinus : harus ada Kebenaran Tertinggi yang bertanggung jawab atas semua kebenaran-kebenaran di dalam akal manusia. Kebenaran Tertinggi ini tidak dapat lain kecuali Allah.

Ludwig Feurbach : Allah hanyalah fantasi yang diproyeksikan dari akal manusia. Man create God in his own image. Feurbach yakin bahwa tiga sifat yang membentuk kodrat manusia adalah akal budi, kehendak, dan cinta. Ketiga hal ini diproyeksikan pada Allah yang dibayangkan :

  • Akal Budi (Allah) menjadi pengetahuan tanpa batas; Allah serba tahu  
  • Kehendak (Allah) menjadi kehendak tanpa batas; Allah bersifat moral secara absolut.    
  • Cinta (Allah) menjadi cinta tanpa batas; Allah adalah cinta.  

Feurbach percaya akan dua tahap sejarah manusia, yaitu :

  • Manusia pada awalnya tergantung pada alam. Ini menyebabkan politeisme (percaya akan banyak tuhan/dewa), dan keinginan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
  • Manusia kemudian tergantung satu sama lain di dalam masyarakat yang lebih berkembang. Ini menyebabkan monoteisme (percaya akan satu Allah), dan keinginan untuk memenuhi kebutuhan moral dan spiritual.

Sigmund Freud. Psikoanalisis telah membuat kita sadar akan hubungan erat antara father-complex dan kepercayaan kepada Tuhan. Psikoanalisis telah menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan yang bersifat pribadi secara psikologis tidak lain tak bukan hanyalah bapak yang dijunjung tinggi, dan memberi bukti kepada kita setiap hari tentang bagaimana orang muda kehilangan kepercayaan agama mereka segera sesudah kewibawaan ayah mereka runtuh. Dengan demikian kita mengetahui bahwa akar kebutuhan terhadap agama ada pada kompleks orang tua. Tuhan yang kuasa dan adil, dan sifat-sifat semacamnya, tampak bagi kita sebagai sublimasi besar tentang bapak dan ibu, atau lebih tepatnya hidupnya kembali dan pemugaran paham anak tentang orang tua mereka.
Perhatikan mitos-mitos yang ada. Adanya dewa petir, dewa guntur, dewa matahari dan lain-lain bukankah semua itu menunjukkan bahwa manusia menciptakan Allah ? Perhatikan pula dewa-dewa yang ada dalam mitologi Yunani. Dewa-dewa tersebut adalah dewa yang punya nafsu seks seperti manusia. Ada pula dewa jahat dan baik sama seperti manusia, ada yang jahat dan baik. Bukankah benar jika dikatakan bahwa dewa-dewa tersebut adalah ciptaan dan proyeksi manusia sama seperti yang diungkapkan oleh Feurbach maupun Freud ?
Alkitab juga mengatakan bahwa manusia dapat menciptakan Allah. Di dalam Keluaran 20:4-5 Allah melarang manusia untuk membuat patung dan menyembahnya. Kalau manusia tidak dapat menciptakan Allah mengapa Allah memberikan perintah kedua, bukankah larangan ini karena manusia punya kemampuan untuk itu ? Roma 1:23 menjelaskan bahwa manusia menolak Allah dan menggantikan Allah dengan gambar manusia atau gambar binatang. Bukankah hal ini menunjukkan bahwa manusia menciptakan Allah berdasarkan gambar manusia atau binatang seperti yang dikatakan Feuerbach?
Kalau begitu apakah kita menyetujui pendapat Feuerbach maupun pendapat Freud? Dari Roma 1:19-21 kita menyadari bahwa manusia mempunyai sensus divinitas. Semua manusia mempunyai konsep Allah bukan karena manusia menciptakannya tetapi karena Allah menaruh konsep itu dalam diri manusia. Manusia mulai menciptakan allah-allah sejak manusia berdosa. Manusia tidak mau kembali kepada Allah maka manusia menganti Allah dengan konsep-konsepnya sendiri. Konsep keberadaan Allah tidak bisa ditolak oleh manusia tetapi bisa dialihkan. Allah sejati bukan diciptakan tetapi menciptakan. Allah yang dimaksud oleh Feuerbach dan Freud adalah allah palsu yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang selalu menolak Allah yang sejati. Jadi kita tidak setuju 100 % pendapat kedua orang tersebut. Mereka benar karena manusia memang menciptakan Allah yang palsu tetapi mereka salah karena Allah yang sejati adalah Allah yang menciptakan manusia bukan sebaliknya. Kej. 1:26-27
Lalu apakah kita sebagai orang kristen sejati yang sudah ditebus dan mengenal Allah yang sejati tidak menciptakan Allah ? Bukankah dalam berpacaran seringkali pemuda-pemudi kristen lebih mencintai pasangannya lebih dari Tuhan ? Bukankah seringkali dalam bekerja kita lebih “mendewakan” karir dan penghasilan lebih dari segala-galanya ? Apakah diri kita seperti dikatakan oleh Luther, “hati manusia adalah gudang penyembahan berhala” ?

No comments:

Post a Comment